slide show



Tampilkan postingan dengan label Alam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Mei 2013

Nasa Ciptakan Menu Makanan Untuk Misi ke Mars 2030


Tersembunyi di labirin lorong, jauh di dalam sebuah bangunan era 1960-an yang sudah menjadi tempat penelitian sejak tahun-tahun awal perjalanan ruang angkasa AS, sekelompok ilmuwan berjubah putih mengaduk, mencampur, mengukur, menyikat dan yang paling penting, mencicipi hasil masakan mereka.

Misi mereka: Menciptakan menu untuk perjalanan yang direncanakan ke Mars pada 2030-an. 



Menu ini harus menyediakan cukup makanan untuk sekelompok astronot yang terdiri dari enam sampai delapan orang, memenuhi standar kesehatan, serta menawarkan keragaman makanan saat berada di luar angkasa.

Itu bukan hal sederhana mengingat bahwa mungkin akan butuh enam bulan untuk sampai ke Mars. Astronot harus tinggal di sana 18 bulan dan kemudian akan menghabiskan enam bulan lagi untuk kembali ke Bumi. Bayangkan harus berbelanja pasokan buat satu keluarga sekaligus untuk makan cukup selama jangka waktu tersebut.

"Mars berbeda karena begitu jauh," kata Maya Cooper, ilmuwan senior Lockheed Martin yang memimpin upaya untuk menciptakan menu tersebut. "Kita tidak bisa mengirim kendaraan setiap enam bulan dan mengirim pasokan makanan seperti yang kita lakukan untuk Stasiun Antariksa Internasional."



Astronot yang melakukan perjalanan ke stasiun ruang angkasa disediakan berbagai macam makanan, sekitar 100 atau lebih pilihan berbeda. Tapi itu semua telah disiapkan sebelumnya dan dibekukan untuk bertahan minimal dua tahun.

Para astronot ini membentuk sebuah panel untuk mencicipi makanan dan menyetujuinya sebelum berangkat, namun kurangnya gravitasi berakibat pada indera bau dan perasa yang terganggu. Jadi makanan pun terasa hambar.

Meski begitu,edi Mars ada sedikit gravitasi, sehingga NASA mempertimbangkan perubahan signifikan terhadap menu luar angkasa saat ini. Di situlah tim Cooper diperbantukan. Perjalanan ke Mars membuka kemungkinan bahwa astronot bisa melakukan hal seperti memotong sayuran dan memasak sendiri. Meskipun tingkat tekanan berbeda dengan Bumi, para ilmuwan menganggap mereka mungkin akan bisa merebus air dengan pemanas.

Salah satu pilihan yang dipertimbangkan Cooper dan stafnya di Johnson Space Center di Houston adalah agar astronot memiliki "rumah kaca." Mereka akan disediakan berbagai buah-buahan dan sayuran - dari wortel sampai paprika - dalam larutan hidroponik, yang berarti buah dan sayur tersebut akan ditanam di air yang mengikat mineral dan bukan tanah.

Para astronot akan merawat kebun mereka dan kemudian menggunakan bahan-bahan tersebut, dikombinasikan dengan bahan lainnya, seperti kacang-kacangan dan rempah-rempah yang dibawa dari Bumi, untuk mengolah makanan.

"Menu itu menguntungkan karena memungkinkan para astronot untuk benar-benar memiliki tanaman hidup yang tumbuh, Anda mendapatkan nutrisi optimal dengan buah-buahan dan sayuran segar. Pilihan ini benar-benar memungkinkan mereka untuk memiliki kebebasan memilih saat memasak menu karena tidak dalam bentuk menu instan, "kata Cooper.

Prioritas utama adalah untuk memastikan bahwa para astronot mendapatkan nutrisi, kalori dan mineral dalam jumlah yang tepat untuk menjaga kesehatan fisik dan mendukung kinerja mereka untuk misi ini, ujar Cooper.

Menu juga harus menjamin kesehatan psikologis para astronot, Cooper menjelaskan. Ia mencatat penelitian yang telah menunjukkan bahwa dengan makan makanan tertentu - seperti roti daging dan kentang tumbuk atau kalkun pada perayaan Thanksgiving - akan meningkatkan suasana hati orang dan memberi mereka kepuasan.

Bahwa "makanan yang mengingatkan pada rumah" akan menjadi kunci bagi astronot pada misi Mars, dan saat ini terdapat dua studi akademik untuk mencari lebih lanjut hubungan antara suasana hati dan makanan. Kekurangan vitamin atau mineral tertentu juga dapat membahayakan otak, katanya.



Jerry Linenger, seorang pensiunan astronot yang menghabiskan 132 hari di stasiun ruang angkasa Mir Rusia pada 1997, mengatakan makanan penting bagi semangat juang dan makan makanan yang sama selama berhari-hari sangatlah tidak enak.

"Anda hanya ingin sesuatu yang berbeda. Saya tidak peduli apakah itu sesuatu yang saya tidak mau makan sama sekali ketika di Bumi. Jika itu berbeda, saya akan memakannya," kata Linenger, mengingat sambil tertawa bagaimana dia bahkan akan minum sebuah ramuan susu asam Rusia untuk sarapan atau minum borscht karena cuma itu makanan berbeda yang ada.

Tim Cooper telah menghasilkam sekitar 100 resep, semuanya menu vegetarian karena para astronot tidak akan disediakan produk daging atau susu. Tidak mungkin untuk mengawetkan produk tersebut cukup lama hingga sampai ke Mars.

Untuk memastikan diet vegetarian menyediakan jumlah protein yang tepat, para peneliti sedang merancang berbagai hidangan, antara lain tahu dan kacang-kacangan, termasuk pizza Thailand yang tidak menggunakan keju namun hanya dengan topping wortel, paprika merah, jamur, daun bawang, kacang tanah dan saus buatan sendiri yang cukup pedas.

Untuk menjaga menu ini, dan mempergunakan sebaik-baiknya hasil penelitian tentang ketahanan pangan di Mars, Cooper mengatakan NASA mungkin akan memilih satu astronot yang semata-mata didedikasikan untuk menyiapkan makanan.

Namun, karena masih belum jelas berapa banyak waktu yang akan dihabiskan perencana misi tentang persiapan makanan, Cooper juga menciptakan menu alternatif siap makan, mirip dengan apa yang dilakukan untuk kru yang melakukan tugas selama enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Untuk opsi ini, makanan harus memiliki lemari penyimpanan selama lima tahun dibandingkan dengan yang sudah tersedia sekarang, yaitu dua tahun. NASA, Departemen Pertahanan dan berbagai instansi lain meneliti cara untuk memungkinkan hal tersebut, kata Cooper.

Yang ideal adalah dengan menggabungkan kedua pilihan tersebut.

"Sehingga mereka akan mendapatkan tanaman segar dan beberapa makanan yang akan kita kirim dari Bumi," kata Cooper.

Salah satu kendala terbesar, pada saat ini, mungkin adalah keterbatasan anggaran. Proposal anggaran Presiden Barack Obama pada Februari membatalkan misi robot bersama AS-Eropa ke Mars pada 2016, dan sisa dari anggaran NASA lainnya juga telah dipotong.

Pada saat ini, Michele Perchonok, ilmuwan proyek teknologi makanan di NASA, mengatakan sekitar 1 juta dolar Amerika rata-rata dihabiskan setiap tahun untuk meneliti dan menciptakan menu Mars. Anggaran keseluruhan NASA pada 2012 lebih dari 17 miliar dolar Amerika.

Dia berharap dengan semakin mendekatnya misi - sekitar 10 sampai 15 tahun sebelum peluncuran - anggaran akan meningkat, memungkinkan untuk penelitian yang lebih mendalam dan konklusif.

Misi ini penting karena akan memberikan para ilmuwan kesempatan untuk melakukan penelitian unik apapun, mulai dari mencari bentuk kehidupan lain dan asal-usul kehidupan di Bumi hingga efek gravitasi parsial pada pengeroposan tulang. Ini juga akan memungkinkan para ilmuwan makanan memeriksa pertanyaan berkesinambungan. "Bagaimana kita mendukung para kru, 100 persen mendaur ulang segala sesuatu dalam dua setengah tahun?" ujar Perchonok.

Tapi hal pertama yang harus diatasi: Semua ini tidak akan terwujud tanpa makanan.

Sabtu, 18 Mei 2013

Mengapa Matahari Terlihat Kemerahan Saat Terbit dan Terbenam?



Anda tentu bisa melihat bahwa warna matahari saat terbit dan tenggelam adalah sama, yaitu berwarna kemerahan, dan bentuk matahari menjadi lebih besar dari biasanya. Mengapa kok bisa begitu?. Berikut ini mungkin adalah analisa yang bisa menjelaskan itu semua.

Saat matahari terbit dan terbenam maka langit sebagian akan berwarna berwarna merah, langit berwarna biru, dan cahaya langit terpolarisasi (paling tidak sebagian). Fenomena ini dapat dijelaskan atas dasar penghamburan cahaya oleh molekul atmosfer. Penghamburan cahaya oleh atmosfer bumi bergantung kepada panjang gelombang. Untuk partikel-partikel yang jauh lebih kecil dari panjang gelombang cahaya (seperti molekul udara), partikel-pertikel tersebut tidak merupakan rintangan yang besar bagi panjang gelombang yang panjang dibandingkan bagi yang pendek. Penghamburan berkurang, cahaya merah dan jingga dihamburkan lebih sedikit dari biru dan ungu, yang merupakan penyebab langit berwarna biru. Pada saat matahari terbenam, dipihak lain, berkas cahaya matahari melewati panjang atmosfer maksimum. Banyak dari warna biru yang telah dikeluarkan dengan penghamburan. Cahaya yang mencapai permukaan bumi berarti kekurangan biru, yang merupakan alasan matahari terbenam berwarna kemerahan.

Langit hanya berwarna biru di siang hari. Ada beberapa sebab mengapa langit saat itu berwarna biru. Bumi diselubungi lapisan udara yang disebut atmosfer. Walaupun tidak tampak, udara sebenarnya terdiri atas partikel-partikel kecil. Cahaya dari matahari dihamburkan oleh partikel-partikel kecil dalam atmosfer itu. Tetapi kita tahu, cahaya dari matahari terdiri dari paduan semua warna, dari merah, kuning, hijau, biru, hingga ungu. Warna-warna itu memiliki frekuensi yang berbeda. Merah memiliki frekuensi yang lebih kecil dari kuning, kuning lebih kecil dari hijau, hijau lebih kecil dari biru, biru lebih kecil dari ungu. Semakin besar frekuensi cahaya, semakin kuat cahaya itu dihamburkan. Warna langit adalah sebagian cahaya matahari yang dihamburkan. Karena yang paling banyak dihamburkan adalah warna berfrekuensi tinggi (hijau, biru, dan ungu), maka langit memiliki campuran warna-warna itu, yang kalau dipadukan menjadi biru terang. Karena warna biru banyak dihamburkan, maka warna matahari tidak putih sempurna, seperti yang seharusnya terjadi jika semua warna dipadukan. Warna matahari menjadi sedikit agak jingga. Pada sore hari, sering matahari berubah warna menjadi merah. Pada saat itu, sinar matahari yang sudah miring menempuh jarak lebih jauh untuk mencapai mata kita, sehingga semakin banyak cahaya yang dihamburkan. Sehingga yang banyak tersisa adalah cahaya frekuensi rendah, yaitu merah.

Di bulan dan di planet yang tidak memiliki atmosfir, cahaya matahari tidak dihamburkan, sehingga langit selalu berwarna hitam, walaupun di siang hari. Efek Tyndall juga dapat menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru, sedangkan ketika matahari terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal tersebut dikarenakan penghamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari dihamburkan dengan intensitas yang sama. Oleh karena intensitas cahaya berbanding lurus dengan frekuensi, maka ketika matahari melintas di atas kita, frekuensi paling tinggilah yang banyak sampai ke mata kita, sehingga kita melihat langit biru.

Ketika matahari hampir terbenam, hamburan cahaya yang frekuensinya yang rendahlah yang lebih banyak sampai ke kita, sehingga kita menyaksikan langit berwarna jingga atau merah. Kita ingat untaian cahaya tampak dalam spektrum cahaya, merah-jingga-kuning-hijau-biru-ungu. Dari urutan merah sampai ungu, frekuensinya semakin tinggi. Jadi warna-warna yang mendekati merah memiliki frekuensi cahaya tinggi, dan warna-warna yang mendekati ungu memiliki frekuensi cahaya rendah.

Anda tentu bisa melihat bahwa warna matahari saat terbit dan tenggelam adalah sama, yaitu berwarna kemerahan, dan bentuk matahari menjadi lebih besar dari biasanya. Mengapa kok bisa begitu?. Berikut ini mungkin adalah analisa yang bisa menjelaskan itu semua.

Saat matahari terbit dan terbenam maka langit sebagian akan berwarna berwarna merah, langit berwarna biru, dan cahaya langit terpolarisasi (paling tidak sebagian). Fenomena ini dapat dijelaskan atas dasar penghamburan cahaya oleh molekul atmosfer. Penghamburan cahaya oleh atmosfer bumi bergantung kepada panjang gelombang. Untuk partikel-partikel yang jauh lebih kecil dari panjang gelombang cahaya (seperti molekul udara), partikel-pertikel tersebut tidak merupakan rintangan yang besar bagi panjang gelombang yang panjang dibandingkan bagi yang pendek. Penghamburan berkurang, cahaya merah dan jingga dihamburkan lebih sedikit dari biru dan ungu, yang merupakan penyebab langit berwarna biru. Pada saat matahari terbenam, dipihak lain, berkas cahaya matahari melewati panjang atmosfer maksimum. Banyak dari warna biru yang telah dikeluarkan dengan penghamburan. Cahaya yang mencapai permukaan bumi berarti kekurangan biru, yang merupakan alasan matahari terbenam berwarna kemerahan.

Langit hanya berwarna biru di siang hari. Ada beberapa sebab mengapa langit saat itu berwarna biru. Bumi diselubungi lapisan udara yang disebut atmosfer. Walaupun tidak tampak, udara sebenarnya terdiri atas partikel-partikel kecil. Cahaya dari matahari dihamburkan oleh partikel-partikel kecil dalam atmosfer itu. Tetapi kita tahu, cahaya dari matahari terdiri dari paduan semua warna, dari merah, kuning, hijau, biru, hingga ungu. Warna-warna itu memiliki frekuensi yang berbeda. Merah memiliki frekuensi yang lebih kecil dari kuning, kuning lebih kecil dari hijau, hijau lebih kecil dari biru, biru lebih kecil dari ungu. Semakin besar frekuensi cahaya, semakin kuat cahaya itu dihamburkan. Warna langit adalah sebagian cahaya matahari yang dihamburkan. Karena yang paling banyak dihamburkan adalah warna berfrekuensi tinggi (hijau, biru, dan ungu), maka langit memiliki campuran warna-warna itu, yang kalau dipadukan menjadi biru terang. Karena warna biru banyak dihamburkan, maka warna matahari tidak putih sempurna, seperti yang seharusnya terjadi jika semua warna dipadukan. Warna matahari menjadi sedikit agak jingga. Pada sore hari, sering matahari berubah warna menjadi merah. Pada saat itu, sinar matahari yang sudah miring menempuh jarak lebih jauh untuk mencapai mata kita, sehingga semakin banyak cahaya yang dihamburkan. Sehingga yang banyak tersisa adalah cahaya frekuensi rendah, yaitu merah.

Di bulan dan di planet yang tidak memiliki atmosfir, cahaya matahari tidak dihamburkan, sehingga langit selalu berwarna hitam, walaupun di siang hari. Efek Tyndall juga dapat menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru, sedangkan ketika matahari terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal tersebut dikarenakan penghamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari dihamburkan dengan intensitas yang sama. Oleh karena intensitas cahaya berbanding lurus dengan frekuensi, maka ketika matahari melintas di atas kita, frekuensi paling tinggilah yang banyak sampai ke mata kita, sehingga kita melihat langit biru.

Ketika matahari hampir terbenam, hamburan cahaya yang frekuensinya yang rendahlah yang lebih banyak sampai ke kita, sehingga kita menyaksikan langit berwarna jingga atau merah. Kita ingat untaian cahaya tampak dalam spektrum cahaya, merah-jingga-kuning-hijau-biru-ungu. Dari urutan merah sampai ungu, frekuensinya semakin tinggi. Jadi warna-warna yang mendekati merah memiliki frekuensi cahaya tinggi, dan warna-warna yang mendekati ungu memiliki frekuensi cahaya rendah.

Anda tentu bisa melihat bahwa warna matahari saat terbit dan tenggelam adalah sama, yaitu berwarna kemerahan, dan bentuk matahari menjadi lebih besar dari biasanya. Mengapa kok bisa begitu?. Berikut ini mungkin adalah analisa yang bisa menjelaskan itu semua.

Saat matahari terbit dan terbenam maka langit sebagian akan berwarna berwarna merah, langit berwarna biru, dan cahaya langit terpolarisasi (paling tidak sebagian). Fenomena ini dapat dijelaskan atas dasar penghamburan cahaya oleh molekul atmosfer. Penghamburan cahaya oleh atmosfer bumi bergantung kepada panjang gelombang. Untuk partikel-partikel yang jauh lebih kecil dari panjang gelombang cahaya (seperti molekul udara), partikel-pertikel tersebut tidak merupakan rintangan yang besar bagi panjang gelombang yang panjang dibandingkan bagi yang pendek. Penghamburan berkurang, cahaya merah dan jingga dihamburkan lebih sedikit dari biru dan ungu, yang merupakan penyebab langit berwarna biru. Pada saat matahari terbenam, dipihak lain, berkas cahaya matahari melewati panjang atmosfer maksimum. Banyak dari warna biru yang telah dikeluarkan dengan penghamburan. Cahaya yang mencapai permukaan bumi berarti kekurangan biru, yang merupakan alasan matahari terbenam berwarna kemerahan.

Langit hanya berwarna biru di siang hari. Ada beberapa sebab mengapa langit saat itu berwarna biru. Bumi diselubungi lapisan udara yang disebut atmosfer. Walaupun tidak tampak, udara sebenarnya terdiri atas partikel-partikel kecil. Cahaya dari matahari dihamburkan oleh partikel-partikel kecil dalam atmosfer itu. Tetapi kita tahu, cahaya dari matahari terdiri dari paduan semua warna, dari merah, kuning, hijau, biru, hingga ungu. Warna-warna itu memiliki frekuensi yang berbeda. Merah memiliki frekuensi yang lebih kecil dari kuning, kuning lebih kecil dari hijau, hijau lebih kecil dari biru, biru lebih kecil dari ungu. Semakin besar frekuensi cahaya, semakin kuat cahaya itu dihamburkan. Warna langit adalah sebagian cahaya matahari yang dihamburkan. Karena yang paling banyak dihamburkan adalah warna berfrekuensi tinggi (hijau, biru, dan ungu), maka langit memiliki campuran warna-warna itu, yang kalau dipadukan menjadi biru terang. Karena warna biru banyak dihamburkan, maka warna matahari tidak putih sempurna, seperti yang seharusnya terjadi jika semua warna dipadukan. Warna matahari menjadi sedikit agak jingga. Pada sore hari, sering matahari berubah warna menjadi merah. Pada saat itu, sinar matahari yang sudah miring menempuh jarak lebih jauh untuk mencapai mata kita, sehingga semakin banyak cahaya yang dihamburkan. Sehingga yang banyak tersisa adalah cahaya frekuensi rendah, yaitu merah.

Di bulan dan di planet yang tidak memiliki atmosfir, cahaya matahari tidak dihamburkan, sehingga langit selalu berwarna hitam, walaupun di siang hari. Efek Tyndall juga dapat menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru, sedangkan ketika matahari terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal tersebut dikarenakan penghamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari dihamburkan dengan intensitas yang sama. Oleh karena intensitas cahaya berbanding lurus dengan frekuensi, maka ketika matahari melintas di atas kita, frekuensi paling tinggilah yang banyak sampai ke mata kita, sehingga kita melihat langit biru.

Ketika matahari hampir terbenam, hamburan cahaya yang frekuensinya yang rendahlah yang lebih banyak sampai ke kita, sehingga kita menyaksikan langit berwarna jingga atau merah. Kita ingat untaian cahaya tampak dalam spektrum cahaya, merah-jingga-kuning-hijau-biru-ungu. Dari urutan merah sampai ungu, frekuensinya semakin tinggi. Jadi warna-warna yang mendekati merah memiliki frekuensi cahaya tinggi, dan warna-warna yang mendekati ungu memiliki frekuensi cahaya rendah.

Kamis, 17 Januari 2013

Sebuah Asteroid Mendekati Bumi Pada Februari 2013


Sebuah asteroid dekat dengan Bumi - yang disebut oleh para astronom 2012 DA14 - akan melewati sangat dekat dengan Bumi pada tanggal 15 Februari 2013. Para astronom memperkirakan bahwa, ketika jarak yang paling dekat dengan bumi, itu akan berada dalam orbit bulan (sekitar 240.000 mil jauhnya), dan bahkan dalam orbit satelit geosynchronous (sekitar 26.000 mil). 

Sebuah Asteroid Mendekati Bumi

Senin, 31 Desember 2012

Planet Kembaran Bumi Diprediksi Ditemukan Pada 2013

Ilustrasi planet


Proyek Mars 2013, Rusia Kerjasama dengan Eropa

Foto permukaan Mars



Senin, 24 Desember 2012

10 Ramalan Kiamat yang Gagal


Redbleck Masih ingatkah sobat blogger sama film 2012. Film yang menceritakan kiamat yang akan terjadi di tahun 2012 karena bumi terkena radiasi matahari. Film yang terispirasi karena adanya ramalan oleh suku maya bahwa di tahun 2012 ini akan terjadi kiamat. Nah di postingan kali ini saya akan membahas tentang 10 ramalan kiamat yang gagal. Inilah macam-macam prediksi kiamat yang gagal :