slide show



Sabtu, 18 Mei 2013

10 Partai Derby Paling Panas dan Berbahaya di Dunia, tetapi Jarang di Sorot Media

Derby bukanlah sekedar pertandingan sepakbola. Derby adalah partai yang mempertemukan dua rival bebuyutan dalam skala lokal yang umumnya berada dalam satu kota atau satu wilayah. Derby adalah hari di mana atmosfer stadion sesak oleh kepulan asap, bentangan spanduk raksasa, binar terang nyala flare, dan bising chant yang bergaung sepanjang 90 menit tanpa henti. Derby adalah pergesekan dua perbedaan, mulai dari budaya, agama hingga politik.

Lupakan El Clasico, Derby della Madonina atau Derby d’Italia, berikut ini adalah partai-partai derby di belantara Eropa maupun belahan dunia lain yang tidak banyak disorot media.

Old Firm Derby – Glasgow Celtics vs Glasgow Rangers







Salah satu rivalitas tertua di sepakbola. Agama adalah latar belakang sekaligus bensin yang membakar persaingan di antara mereka. Celtics mayoritas merupakan penganut Katolik dengan garis leluhur dari Irlandia sementara Rangers identik dengan Protestan.

Mengingat latar belakang perseteruan kedua kubu, tindak kekerasan adalah sesuatu yang lazim terjadi saat Old Firm berlangsung. Sebuah grup aktivis di Glasgow melaporkan tingkat hunian di rumah sakit meningkat sembilan kali lipat di pekan ketika Old Firm dipentaskan. Seorang jurnalis yang bernama Franklin Foer memberi laporan lain seputar kejamnya laga ini. Dalam rentang 1996-2003 saja, sebanyak delapan kematian terkait langsung dengan partai Old Firm. Laporan itu juga mencatat ratusan ribu tindak kekerasan lainnya.

East London Derby – West Ham United vs Millwall FC






90% dari pembaca yang membaca tulisan ini mungkin sudah menonton film “Green Street Hooligans”. Ya, film itu memang menangkap momen rivalitas antara dua tim yang sama-sama bermarkas di sisi Timur kota London ini, meski Milwall pada akhirnya pindah ke bagian Selatan sungai Thames pada 1910.

Perseteruan ini bermula jauh dari lapangan hijau. Awal mula perselisihan dipercaya berasal dari persaingan antara dua kelompok pekerja galangan kapal yang berada di kedua sisi sungai Thames. Permusuhan meruncing pada 1926 saat pekerja di sisi West Ham mendapat serangan dan Milwall memutuskan untuk acuh dan tetap melanjutkan pekerjaan mereka. “Inter City Firm” yang membela West Ham akan selalu membuat kegaduhan dari tribun Bobby Moore di Upton Park. Teriakan mereka akan dibalas “Bushwackers” dan “The Treatment” dari sisi Milwall. Bukan suatu pemandangan yang aneh kalau lebih banyak polisi dibandingkan dengan pendukung tandang saat keduanya bertemu. Karena kekerasan adalah nama tengah dari East London Derby ini.

Istanbul Derby – Fenerbahce vs Galatasaray






Tolong jangan pernah remehkan intensitas laga ini meski Laut Bosphorus memisahkan kedua kubu. Ya, Fenerbahce berada di sisi Asia sementara Galatasaray menempati bagian Eropa di Turki. Atmosfer partai ini duhai luar biasa. 25.000 kursi di stadion Ali Sami Yen akan menyambut kedatangan sang lawan dengan salamnya yang terkenal, “Selamat datang di neraka”. Itu saja sudah cukup menjadi gambaran betapa berdarahnya partai ini.

Suhu kota Istanbul sudah mulai menghangat seminggu sebelum laga dan akhirnya akan mencapai titik didih di hari pertandingan. Sumbu yang konstan menyalakan udara panas sepanjang 90 menit siapa lagi kalau bukan barisan pendukung garis keras di kedua kubu. Fenerbahce memiliki “Genc-Fenerbahceliler” yang berarti Young Fenerbahce Supporters. Galatasaray diwakili oleh “ultrAslan”. Aslan adalah bahasa Turki yang berarti Singa, yang juga merupakan simbol klub. Satu insiden paling terkenal adalah ketika Graeme Souness menancapkan bendera Galatasaray di atas rumput Sukru Saracoglu pada 1996 silam sehabis timnya memenangkan Piala Turki.

The Superclasico – River Plate vs Boca Juniors






Partai ini tercatat sebagai salah satu momen dalam olahraga yang harus kamu hadiri sebelum mati. Dan suasana saat pertandingan memang hampir selalu bersinggungan dengan El Maut. Bayangkan gempa bumi lokal selama 2 x 45 menit saat sekitar 60.000 pendukung berlompatan secara simultan di tribun stadion. Ritual itu pun sudah memakan korban melalui insiden Puerta 12 yang terjadi di tahun 1968. Ketika itu salah satu bagian dalam stadion ambruk. Sebanyak 150 pendukung cedera dan 71 tercatat meninggal dunia.

Silahkan kesampingkan partai El Clasico di tanah Spanyol karena daratan Argentina memiliki Superclasico, sebuah partai yang membuat laga derby Old Firm di Skotlandia terlihat seperti sebuah pertandingan antar sekolah menengah.

Belgrade Derby – Partizan Belgrade vs Red Star Belgrade






Partai terbesar, terpanas dan terkejam di Liga Serbia mengambil tempat di ibukota. Mengingat standar di liga negara ini tergolong rendah, salah satu faktor penarik adalah perseteruan pendukung kedua kubu. Salah satu insiden terkenal dari laga ini terjadi di tahun 1997 lalu. Saat itu, seorang remaja berusia 17 tahun meninggal dunia setelah terkena lemparan flare. Perkelahian yang meninggalkan korban luka tusukan benda tajam adalah hal yang sudah dipersiapkan sebelum pertandingan.

Derby Paulista – Corinthians vs Palmeiras





Rivalitas tradisional di kota tertua Brazil, Sao Paulo. Salah satu hal yang unik dari derby ini adalah karena pertemuan keduanya bisa menentukan empat gelar juara di empat ajang berbeda. Tidak ada rivalitas klasik lainnya yang menentukan sebegitu banyak gelar juara di dunia seperti pertemuan di Derby Paulista ini. Pendukung tentu saja mengambil bagian penting di laga. Corinthians diwakili oleh legiun “Gavioes da Fiel” dan “Camisa 12”, sementara “Mancha Verde” dan “TUP (Torcida Uniformizada do Palmeiras)” adalah barisan laskar yang membela panji Palmeiras.

Rivalitas ini sudah dikisahkan ulang melalui buku dan film. Salah satu yang paling terkenal adalah adaptasi ulang Romeo dan Juliet versi Corinthians dan Palmeiras dimana kedua klub menggantikan posisi keluarga Montague dan Capulet.

Uruguayan Clasico/El Super Clasico – Nacional vs Penarol





Perseteruan keduanya sudah berlangsung sejak penghujung abad 19. Perseteruan yang memanggungkan dua klub paling sukses di kota Montevideo dan dua tim yang berperan besar dalam memajukan sepakbola Amerika Selatan. Partai ini juga tentu saja dihiasi oleh aksi brutal kedua kubu pendukung garis kerasnya yang dalam bahasa Uruguay dikenal dengan nama “barras bravas”.

Tapi partai ini justru dikenal dengan aksi para pemain yang justru lebih keras dari para pendukung paling garis keras sekalipun. Mau bukti? 14 April 1990. Skor akhir 0-0. Wasit menyebar 22 kartu merah, masing-masing kubu mendapat 11 (9 pemain Nacional dan 2 pemain yang berada di bangku cadangan). 26 November 2000. Skor akhir 1-1. 9 pemain dari kedua kubu harus mendekam selama sebulan di penjara usai laga yang tidak hanya mementaskan sepakbola, tapi juga karate dan tinju.

Athens Derby – Panathinaikos vs Olympiakos




Olympiakos dulu dikenal sebagai klub yang mewakili kaum pekerja ibukota sementara Panathinaikos didukung oleh kelas menengah di Athena. Sekarang kondisi sudah berbalik. Basis massa kedua kubu sudah berimbang baik dari segi finansial maupun kekuatan politik.

Satu yang menarik adalah nama barisan pendukung garis keras dari kedua klub yang tergolong unik. “Gate 7” adalah nama ultras Olympiakos dan Panathinaikos diwakili oleh “Gate 13”.

Seville Derby – Sevilla vs Real Betis






Salah satu derby dengan sejarah kekerasan paling kental di tanah Matador. Real Betis didirikan oleh barisan direktur Sevilla yang membelot pada tahun 1909 silam. Sejak itulah perseteruan kedua klub berlangsung. Tragedi paling terkenal adalah ketika seorang pendukung Betis melempar sesuatu ke arah pelatih Sevilla Juande Ramos yang membuat Ramos terkapar tak sadarkan diri.

Revierderby/Kohlenpott derby – Schalke 04 vs Borussia Dortmund






Laga yang manggung di area Ruhr ini dikenal sebagai derby paling terkenal di tanah Bavaria. Kedua klub lebih banyak menghabiskan waktu mereka di divisi atas Bundesliga dengan Schalke memenangkan satu titel liga lebih banyak dari Dortmund. Itulah salah satu akar masalah yang selalu membakar laga ini, baik di dalam maupun di luar lapangan.

0 komentar:

Posting Komentar